Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Makalah Manajemen Laba - Download Makalah Gratis


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen laba sebagai suatu proses mengambil langkah yang disengaja dalam batas prinsip akuntansi yang berterima umum baik didalam maupun diluar batas General Accepted Accounting Principle (GAAP). Menurut Schipper (1989) Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses penyusunan pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan pribadi.

***
Silahkan tekan tombol DOWNLOAD yang ada di bagian akhir Makalah untuk mendownload file Doc Makalah ini. 
Maaf karena konten ini tidak bisa di copas 
***

Selain itu dikemukakan juga oleh Healy & Wahlen (1999) bahwa Manajemen laba terjadi apabila manajer menggunakan penilaian dalam pelaporan keuangan dan dalam struktur transaksi untuk mengubah laporan keuangan guna menyesatkan pemegang saham mengenai prestasi ekonomi perusahaan atau mempengaruhi akibat-akibat perjanjian yang mempunyai kaitan dengan angka-angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan.

B. Rumusan Masalah 
1. Apa pengertian Laba?
2. Apa pengertian Kualitas Laba?
3. Apa itu Manajemen Laba?
4. Apa saja Motivasi Manajemen Laba?
5. Apa saja Tujuan Manajemen Laba?
6. Apa dampak dari Manajemen Laba?




BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Laba
Pengertian laba dapat dibedakan menjadi dua, yakni pengertian secara ekonomi murni maupun pengertian secara akutansi. Laba dalam ilmu ekonomi dapat diartikan sebagai keuntungan yang didapat oleh seorang investor dalam suatu kegiatan bisnisnya. Hal ini tentu sudah dikurangi dengan biaya operasional yang ada di suatu bisnis yang dijalankan. Hal ini akan memberikan kemudahan dalam memahami laba atau yang secara umum dikenal dengan kata keuntungan. Sementara itu, laba menurut ilmu akuntansi didefinisikan sebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya yang dikeluarkan pada saat produksi.

Berikut terdapat beberapa pengertian laba atau definisi laba yang disebutkan oleh para ahli. Menurut Horngren (1997), bahwa laba merupakan kelebihan total pendapatan dibandingkan total bebannya. Laba disebut juga pendapatan bersih atau net earnings. Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2001), bahwa laba atau laba bersih merupakan laba operasi dikurangi pajak, biaya bunga, biaya riset, dan pengembangan. Laba bersih disajikan dalam laporan rugi-laba dengan menyandingkan antara pendapatan dengan biaya.

B. Pengertian kualitas laba 
Kualitas laba merupakan indikator dari kualitas informasi keuangan. Kualitas informasi keuangan yang tinggi berasal dari tingginya kualitas pelaporan keuangan.

Bellovary et al. (2005) mendefinisikan kualitas laba sebagai kemampuan laba dalam merefleksikan kebenaran laba perusahaan dan memmbantu memprediksi laba mendatang, dengan mempertimbangkan stabilitas dan persistensi laba. Laba mendatang merupakan indikator kemampuan membayar deviden masa mendatang.

Selama ini tidak ada ukuran yang pasti atau tepat untuk mengukur sebera- pa besar kualitas laba dari suatu laporan keuangan, yang ada hanya merupakan pendekatan yang digunakan untuk mem- proksi kualitas laba tersebut. Oleh karena itu ukuran laba yang digunakan oleh peneliti yang satu bisa berbeda dengan yang lain. Berikut ini akan diuraikan tentang berbagai ukuran kualitas laba yang digunakan oleh para peneliti.

Ukuran dan Kualitas Laba
Givoly et al. (2010) mengukur kualitas laba menggunakan Persistensi akrual. Kualitas laba didasarkan pada per- bedaan relatif persistensi akrual terhadap arus kas. Persistensi diukur dengan menggunakan regresi sebagai berikut:


Keterangan:
OI adalah pendapatan operasi (Operating Income) setelah dikurangi depresiasi,
CF adalah arus kas operasi (cash flow) yang dihitung dari OI diku-rangi ACCR.
ACCR (accrual component of earnings) dihitung dari perubahan NOA (net operating asset) tahun t-1 terhadap t.
Nama perusahaan ditunjukkan oleh I dan t menunjukkan tahun.
Seluruh variabel distandarisasi oleh NOAt-1
Kkontribusi tambahan akrual ditentukan oleh besarnya signifikansi β2.

B. Manejemen Laba
Pengertian manajemen laba menurut Scott (2000) membagi pemahaman tentang manajemen menjadi 2 sudut pandang. Yang pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitas dalam menghadapi kontrak uang, kontrak kompensasi dan political cost (opportunistic earnings managemen).

Yang kedua, memandang manajemen laba dari prespektif (efficient Earning Management). Aktivitas manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.

Bentuk pengaturan laba menurut Scott yaitu:
1. Taking a bath
Disebut juga dengan big baths, teknik ini bisa terjadi saat tekanan reorganisasi, misalnya penggantian direksi. Jika teknik ini dilakukan, maka seluruh biaya yang ada pada peruide yang akan datang, diakui pada periode berjalan. Akibatnya, laba pada periode di masa yang akan datang menjadi tinggi, meskipun kondisi tidak menguntungkan.

2. Income minimization
Teknik ini adalah dengan meminimumkan laba, alasannya karena motif politik atau motif meminimumkan pajak. Cara ini digunakan pada saat perusahaan memperoleh profitabilitas tinggi, dengan tujuan supaya tidak mendapat perhatian secara politis.

3. Income maximization
Teknik ini adalah dengan cara memaksimalkan laba, tujuannya adalah untuk memperoleh bonus yang lebih besar. Tindakan ini juga bisa dilakukan untuk menghindari pelanggaran atas kontrak hutang jangka panjang (debt covenant).

4. Income smoothing
Teknik ini adalah dengan cara melaporkan trend pertumbuhan laba yang stabil, daripada perubahan laba yang meningkat atau menurun secara drastis.

5. Timing Revenue dan Expenses Recognation
Teknik ini dilakukan dengan membuat kebijakan yang berkaitan dengan timing suatu transaksi, contohnya: pengakuan premature atas pendapatan.

Manajemen laba dapat terjadi karena penyusunan statemen keuangan menggunakan dasar akrual. Dengan menggunakan dasar akrual, transaksi atau peristiwa lain diakui pada saat transaksi atau peristiwa lain tersebut terjadi bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan. Sebagai konsekuensi penggunaan dasar akrual ini, dalam statemen keuangan, laba dalam suatu perioda dapat mengandung unsur kas dan akrual (non kas).

Unsur akrual dapat terjadi berdasarkan kebijakan manajemen (discretionary accruals) atau non-kebijakan manajemen (nondiscretionary accruals). Peningkatan penjualan secara kredit seiring dengan pertumbuhan perusahaan (tanpa perubahan kebijakan) dapat merupakan contoh nondiscretionary accruals, sedangkan perubahan biaya kerugian piutang yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi yang dilakukan oleh manajemen dalam penentuan biaya kerugian piutang dapat dijadikan contoh discretionary accruals. Dasar akrual ini mempunyai implikasi bahwa laba akuntansi antara lain ditentukanoleh besaran akrual baik yang discretionary maupun nondiscretionary.


C. Motivasi Manajemen Laba
Menurut Scout (2003), motivasi manajemen melakukan tindakan pengaturan laba diantaranya:

1. Rencana Bonus (bonus scheme)
Manajer perusahaan yang ingin mendapatkan bonus akan menghindari metode akuntansi yang melaporkan net income rendah. Manajer menggunakan laba akuntansi untuk menentukan besarnya bonus, cenderung akan memilih kebijakan akuntansi yang dapat memaksimumkan laba. Dalam rencana bonus, ada istilah bogey dan cap.

Pengertian bogey adalah tingkat laba minimun untuk memperoleh bonus. Sedangkan pengertian cap adalah tingkat laba maksimum untuk mendapatkan bonus.

Jika laba di posisi atas cap, ada tidaknya bonus tergantung pada kontrak yang dilakukan antara pihak manajer dan pemegang saham. Manajemen laba bisa dilakukan dengan cara menggeser laba ke periode berikutnya.

Jika laba berada di bawah bogey maka manajer akan mengurangi laba bersih. Dengan demikian kemungkinan untuk mendapat bonus di periode berikutnya akan meningkatkan.

2. Kontrak utang jangka panjang (Debt Covenant)
Pengertian hutang jangka panjang adalah perjanjuan untuk melindungi pemberi pinajaman dari tindakan manajer terhadap kepentingan kreditur, misalnya dividen, pinjaman tambahan atau memberikan modal kerja dan kekayaan pemilik berada dibawah tingkat yang telah ditentukan.

3. Motivasi Politis (political motivation)
Aspek politis pada perusahaan bisa saja terjadi, misalnya perusahaan yang berkecimpung di bidang penyediaan fasilitas bagi kepentingan publik, seperti telekomunikasi, air, listrik dan infrastruktur, secara politis akan mendapat perhatian dari masyarakat dan pemerintah.

Perusahaan di bidang ini cenderung akan menurunkan laba untuk mengurangi visibilitasnya, supaya mendapat kemudahan dan fasilitas dari pemerintah seperti subsidi.

4. Motivasi Perpajakan (taxation motivation)
Motivasi perpajakan adalah motivasi yang dilakukan perusahaan untuk mengurangi laba bersih yang dilaporkan. Dengan jumlah laba yang sedikit, maka akan meminimalkan besarnya pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah. Misalnya dengan merubah metode pencatatan persediaan menjadi LIFO supaya laba bersih yang dihasilkan rendah.

5. Pergantian Direksi
Bagi direksi yang mendekati masa akhir penugasan/pensiun akan berusaha memaksimalkan laba untuk meningkatkan bonus. Sebaliknya, direksi yang kurang berhasil memperbaiki kinerja perusahaan akan memaksimalkan laba untuk membatalkan atau mencegah pemecatannya.

6. Penawaran Perdana (initial public offering)
Ketika suatu perusahaan dinyatakan go public, informasi keuangan yang ada di dalam persuahaan merupakan sumber informasi penting. Informasi ini dapat digunakan untuk menilai perusahaan oleh calon investor. Untuk mempengaruhi calon investor, manajer akan berusaha menaikkan laba yang dilaporkan.

D. Tujuan Manajemen Laba
Tujuan manajemen laba diantaranya:
1. Dalam rangka mendapatkan bonus berbasis laba.
2. Untuk menghindari pelanggaran kontrak utang
3. Menghindari biaya politis (political cost).
4. Mengkomunikasikan informasi privat secara efesien.

Manajemen laba dilakukan dengan tujuan tertentu. Misalnya, manajemen laba yang dilakukan dengan menggunakan akrual yang menaikan laba untuk tujuan mendapatkan harga saham yang relatif tinggi pada waktu penerbitan saham. Hasil penelitian bahwa terdapat manajemen laba dalam statemen keuangan perusahaan sebagai go public dengan menggunakan akrual yang menaikan laba.

Manajemen laba dapat juga dilakukan dengan tujuan mendapatkan keuntungan terkait dengan kepemilikan saham manajemen. Hal ini dapat dilakukan, misalnya, dalam rangka program opsi saham karyawan. Dalam program ini, harga pengambilan opsi biasanya ditentukan pada saat penawaran program. Hal ini mendorong menajemen untuk melakukan manajemen laba sebelum tanggal hibah opsi yaitu penurunkan laba agar supaya mempengaruhi harga saham dan dengan demikian manajemen dapat menerima opsi pada waktu harga saham relatif rendah.

E. Dampak Manajemen Laba
Manajemen laba mempunyai dampak pada kebermanfaatan informasi laba dalam pengambilan keputusan. Perusahaan yang menggunakan kebijakan akuntansi agresif (positive discretionary accruals) mempunyai biaya modal lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang menerapkan kebijakan akuntansi konservatif (negative discretionary accruals).

Manajemen laba dapat sinkron dengan kebermanfaatan informasi laba dalam pengambilan keputusan tetapi dapat juga tidak. Oleh sebab itu, diperlukan berbagai alternatif solusi atas masalah yang timbul akibat manajemen laba yang dapat tidak sesuai dengan kebermanfaatan laba dalam pengambilan keputusan, dan solusi tersebut tidak menimbulkan masalah baru.

Salah satu alternatif adalah pemberlakuan standar akuntansi yang lebih ketat tetapi masih memberi peluang bagi manajemen dalam melakukan pemilihan kebijakan akuntansi dalam batas wajar untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, misalnya untuk mengkomunikasikan informasi privat yang dapat meningkatkan keinformasian laba, atau untuk tujuan efficient contracting berbasis laba. Standar akuntansi yang lebih ketat dapat meningkatkan kualitas laba, tetapi perlu diperhatikan bahwa standar akuntansi yang lebih atau terlalu ketat dapat meningkatkan manajemen laba total (manajemen laba akuntansi dan manajemen laba real) serta  meningkatkan biaya manajemen laba.

Di samping itu, untuk mencegah manajemen laba yang berlebihan, penerapan good corporate governance (GCG) diperlukan. Struktur corporate governance yang baik dapat mengurangi manajemen laba. Lee et al. (2007) menemukan bahwa manajemen laba berhubungan positif dengan keter¬kaitan organisasional (manajemen laba cenderung terjadi pada perusahaan dengan keterkaitan organisasional tinggi). Manajemen laba tersebut berkurang pada perusahaan dengan keterkaitan organisasional tinggi yang disertai proporsi direksi eksternal yang besar dan kepemilikan ekuitas institusional yang tinggi (struktur corporate governance relatif baik).

Penerapan GCG memungkinkan keputusan-keputusan operasional yang relatif baik, misalnya pemilihan auditor sesuai dengan spesialisasi auditor dalam industri yang diaudit. Balsam et al. (2003) menemukan bahwa perusahaan yang diaudit oleh auditor spesialis industri mempunyai discretionary accruals lebih rendah dan koefisien respon laba lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh auditor non-spesialis. Temuan ini menunjukkan bahwa kompetensi auditor yang tinggi dalam industri yang diaudit dapat mengurangi manajemen laba (meningkatkan kualitas laba) dan menambah manfaat informasi laba.

Perluasan pengungkapan merupakan alternatif untuk mencegah atau mengurangi manajemen laba berlebihan. Sebagai contoh, kewajiban pengungkapan tentang dampak pemilihan kebijakan akuntansi yang menaikkan atau menurunkan laba, misalnya dampak untung penghentian aset, biaya kerugian piutang, atau rugi penghentian asset.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
manajemen laba menurut Scott (2000) membagi pemahaman tentang manajemen menjadi 2 sudut pandang. Yang pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitas dalam menghadapi kontrak uang, kontrak kompensasi dan political cost (opportunistic earnings managemen).

Yang kedua, memandang manajemen laba dari prespektif (efficient Earning Management). Aktivitas manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.

Tujuan Manajemen Laba adalah untuk mendapatkan bonus berbasis laba, menghindari pelanggaran kontrak utang, Menghindari biaya politis (political cost), Mengkomunikasikan informasi privat secara efesien dll

Manajemen laba mempunyai dampak pada kebermanfaatan informasi laba dalam pengambilan keputusan


DAFTAR PUSTAKA

Ansar Zainuddin.2017.Manejemen Laba. https://www.kumpulanmakalah.com/. Diakses pada: Rabu, 30 Mei 2018

Istavita.2018. Makalah Manajemen Laba. https://underpapers.blogspot.com. Diakses pada: Rabu, 30 Mei 2018

Eetkimiko. 2013. Manajemen Laba. https://mikoedoankz.wordpress.com/2013/11/14/manajemen-laba/. Diakses pada: Rabu, 30 Mei 2018

Adzikra Ibrahim. 2018. Pengertian Laba : Definisi Ahli dan Unsur – Unsur Laba. http://pengertiandefinisi.com/pengertian-laba-definisi-ahli-dan-unsur-unsur-laba/. Diakses pada: Rabu, 30 Mei 2018

Mithaaryani. 2017. Apa yang dimaksud dengan kualitas laba atau quality of earnings. https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-kualitas-laba-atau-quality-of-earnings/3691/2. Diakses pada: Rabu, 30 Mei 2018

Sandy Makruf. 2018. “Manajemen Laba” Pengertian, Bentuk dan Motivasi. http://www.akuntansilengkap.com/manajemen/manajemen-laba-pengertian-bentuk-dan-motivasi/. Diakses pada: Rabu, 30 Mei 2018


DOWNLOAD MAKALAH MANAJEMEN LABA